Sunday 28 October 2018

Edisi 1st Curcol Setahun di Negeri Kangguru

SPOILER ALERT : ini bakal jadi entri tulisan terpanjang yang pernah saya tulis.



Tidak terasa sudah nyaris setahun saya berada di negeri kangguru aka Australia. Awal saya rencana pergi, bahkan orang tua aja gak setuju. Bahkan ada beberapa orang tua, tipikal kolot sih menurut saya, yang bilang, " Kamu itu anak perempuan, ngapain harus pergi jauh - jauh? ". Yeah,, tell me about it. Buat saya itu excuse. Karena saya simply orang yang semakin dibilang gak bisa, saya akan buktikan bahwa saya bisa. Walau abis itu, diam - diam jedotin kepala di tembok, sambil meratapi sifat over confidence saya yang suka muncul di saat tidak tepat. Hahahaha.

Saat akhirnya, orang tua setuju, yang mana saya sendiri juga kaget. Karena bayangin aja, sebagai anak cewek satu - satunya, yang bahkan selama di Jakarta gak boleh pulang malam, tapi semua itu selalu saya langgar karena saya gak suka diusik - usik soal jam malam. Walau tahu sih konsen orang tua. Ibu Kota itu lebih kejam daripada Ibu Tiri dan Jakarta itu kota paling gak kondusif dan gak aman buat perempuan. Tapi akhirnya pergi juga ke Australia. Hampir semua orang terheran - heran, dan hampir semuanya bertanya, " Loe yakin?? Loe disana ada kenalan?? Loe disana ada saudara?? Loe ntar disana gimana?? Loe gak sayang sama karir loe disini?? ". Dan saya pun jawab, Yes.. I AM SURE ABOUT IT. Disana gak ada saudara, mau gimana disana, saya pikirkan nanti aja. Berangkat aja belum, manatahu kondisi disana. Bicara karir, sejujurnya saya sih lelah kerja kantoran, apalagi di dalam company yang s*** banget. Yang ada saya memang stress dan butuh suasana baru. Pada saat saya memutuskan pergi, saya cuma browsing blog dari beberapa WHV seperjuangan dan akhirnya dapat gambaran, kehidupan seperti apa yang bakal saya jalani. Tentunya, anda tidak boleh melupakan Tuhan. Dari kecil mendapat pendidikan kristen yang cukup kuat dari orang tua, bener - bener bikin saya jadi orang yang kadang dengan buta ikut aja kemana kaki melangkah, yang penting berdoa, usaha, beriman. Which is, in this case, that kind of things is just so absurd for me although nothing wrong about it.

Bahkan sebelum pergi, ada percakapan sinis dan menyindir muncul. ( biasalah ya,, banyak sobat sok tahu yang entah penasaran atau kepho ) : 
X :  "Gue bakal kangen ma loe. Gue yakin ya, Loe kalo udah pacar di Jakarta, mungkin loe gak bakal pergi ke Ausie deh. "  
Pernyataan ini, cuma saya jawab diplomatis dan emang agak sedikit sok. Tapi asli lah.. buat saya, gak ada yang gak mungkin kalau mau usaha sedikit dan berkorban sedikit.
Me : " For me, i only believe in one thing. The one who loves me, will always support and respect my decision. That person might be disappointed at my decision. But that person also know, this is what i want. I believe, if i choose a stupid or suicide decision, that person will stop me. "
X : " okay.. Let say, sekarang loe dah punya pacar. emang loe yakin bisa kuat LDRan? LDRan itu sulit lho. "
Me : " Gue somehow merasa, loe yang gak bisa put your faith and trust to the person you love. Wajar loe bakal khawatir and ragu ma pasangan loe. Itu wajar banget. Tapi menurut gue, kalau cuma karena itu loe takut sama yang namanya LDR, it simply means insulting. Emang segitu murahnya perasaan manusia? "
Dan seketika itu juga, rasanya teman saya itu pindah ke kutub selatan.

Tanggal 3 Nov, dimulai lah perjalanan saya ke Sydney. I have no friend, no family. Ibaratnya amat sangat berpasrah diri. Pertama kali tiba, saya ketemu tante yang sepesawat dengan saya, yang dengan senang hati memberi tumpangan sampai ke tempat saya rencana tinggal di area city. Bersyukur juga sih, jadinya gak perlu keluar ongkos taxi. ( bener - bener receh banget mental gue ). Menapak tilas 1 tahun perjalanan di Australia ini, ibarat keajaiban buat saya. God never cease to amaze me with His works. Setelah tiba di ausie, hal pertama yang saya lakukan adalah cari kerja. Sejujurnya, kerjaan banyak, tapi semua mau yang punya experience. Tapi kan saya dulu kerja kantoran, manalah saya punya experience kerja di restoran jadi waiter, dll. Namun ternyata saat itu, tiba - tiba saya lihat postingan di FB, ada sebuah restoran Italia di kawasan The Rocks lagi cari casual staff dan gak perlu experience. Jadilah saya apply dan diterima. Hore..! Namun ya karena jatuhnya casual, saya cuma dipanggil kerja kadang, sebulan 2x, kadang seminggu 2x. Gak tentu jadwalnya. Tapi intinya saya dapat kerjaan sambil terus cari - cari kerjaan yang jamnya lebih teratur, sehingga pemasukan juga teratur. Gimanapun, modal yang saya bawa udah tiris bangettt.

Darling Harbour at night
Saya cukup yakin, di luar sana, pasti ada yang iri sama saya. Tapi yakinlah, hidup di negara orang lebih gak enak dibanding hidup di negeri sendiri, walau di negeri sendiri, saya sering mendapat perlakuan tidak adil, bahkan kadang gak dianggap oleh negara. Setelah 2 minggu di Sydney, saya mulai panik karena belum dapat kerjaan yang lebih tetap, dan nyaris menyerah. Namun entah gimana, saat itu saya lihat postingan FB, ada cewek yang nanya lowongan kerja di Sydney. Saya pun bercanda sama dia, dan akhirnya memutuskan kenalan dan ketemuan. Sebut aja, Ms. AW. Sejujurnya, saya udah di titik MENYERAH. I want to give up. Tapi ketemu dengan ini cewek, saya ibarat dapat suntikan energi dan lewat dia, saya ketemu dengan 1 cewek lagi, Ms. JA. Selama saya menjalani hidup 6 bulan pertama di Sydney, saya cukup yakin, kalau hari itu saya gak memutuskan untuk ketemuan dengan Ms.AW, saya mungkin udah lama pulang balik ke Indonesia. Tapi ketemu dengan 2 teman baru, membuat saya merasa lebih nyaman  dan happy. Kalau Ms.AW dan Ms. JA selalu memberi saya energi positif dan selalu support apapun dan selalu positif thinking, tapi saat saya besar kepala, Ms. JA adalah orang yang selalu siap membuat saya jadi lebih rendah hati. You don't know how thankful i am to meet the two of you in Sydney.

Well, everything is just wonderful. Ibarat kayak orang baru pdkt atau pacaran, semua juga indah. Cuma denger suara pacar, udah senyam senyum sendiri. Cuma bisa lihat wajah aja udah senang. Pegangan tangan aja udah dag dig dug. So innocent, right? It's also the same for me. Semua serba baru. Punya pengalaman baru, teman baru, dll. Lalu tidak lama, bulan Januari, saya dapat kerja di tempat Sushi. Asli lah, ini HELL banget buat saya. Gimana gak? saya kerja dikasih timer boooo... Si boss udah macam kayak ngoceh tiap hari. Akhirnya, hari ke-2 saya kerja, saya bilang ma dia : 
Me : " you know, i'm still lack in many things. I've told you, i have ZERO experience. That's why i am still slow in doing the sushi. "
Boss : " But, people with zero experience like you, can do it in maximum 2 minutes..! how come you make it in 3 minutes? What should i do to you? you tell me. "
Me : " All right. Then, you put me in your busiest store, let me get a proper training there. After that, you can put a test and decide, whether i'm worth it to be employed or not. if i'm not worth it, then you can simply KICK me OUT anytime you want. "
Boss : kaget, bengong, lalu ketawa. " Okay. Fine. Let's do it. You work at my other shop,a nd by saturday, i will test you. Okay? "
Me : " Okay..! "
Tapi akhirnya setelah 2 minggu, saya menyerah lah. Saya duluan yang minta resign. Secara saya gak suka banget dengan management nya dan asli, stress kerja dengan timer. Gileeee... serasa ada hansip di samping saya. Habis minta resign, saya malah diomelin ortu, karena belum punya kerjaan baru, tapi main resign aja. Hahahaha... tapi asli lah stress. Boleh tanya Ms. AW, gimana saya tiap pulang, rasanya pengen nangis. Sungguh lah, hidup di negeri orang, mesti rajin - rajin menghibur diri sendiri dan menyemangati diri sendiri.

Setelah keluar, gak lama saya lihat lagi tuh Gumtree. Eeehh.. ada restoran sushi butuh orang sebagai floor staff. Jadilah saya apply dan diterima. Sampai detik ini, saya masih kerja disana, karena memang suasanya enak dan temannya baik. Tapi gak berhenti sampai situ. Saya pun akhirnya dapat lagi kerjaan casual, dengan jam kerja gak tentu. Jadi Stocktaker, yaitu kerjaan itu stock lewat scan barcode. Ini juga salah satu kerjaan yang gampang, tapi menguras otak dan tenaga karena perlu energi extra untuk tetap fokus. Kalau gak fokus, saya jamin, pasti hitungan gak akurat. Awal kerja ini, rasanya puyeng, lama - lama biasa. Tapi asli lah, kalau sepanjang hari kerjanya cuma lihatin barcode, muak rasanya. Kerjaan monoton yang jujur saya eneg banget kadang - kadang. Tapi karena bayaran oke, saya pun rela. Rela banget saudara - saudara! Karena gara - gara ini kerjaan ini, saya bisa jalan - jalan ke snowy mountain. Hahahahaha.

Kadang juga, saya kerja sebagai staff dari Hospitality Agency. Ini juga kerjaan gak jelas jam kerjanya. Tapi saya suka banget. Karena lewat kerjaan ini, saya menambah pengetahuan tentang minuman keras. Dan bonusnya, kalau kerja pas konser musik dengan artis ternama, setidaknya bisa dengar jelas gaung suaranya. Jadi dapat live voice concert, walau gak ikutan nonton. Hahahaha.

==> Lanjut ke Episode selanjutnya.





No comments:

Post a Comment